Ilustrasi Logo Santri Penjaga Nusantara / Courtesy : FSN
PANDEGLANG - Menjelang akhir 2018 dan menyambut 2019, Indonesia seharusnya dibangun dengan kebersamaan dan rasa percaya diri, bukan dengan pikiran negatif.
Hal tersebut disampaikan oleh Abdul Rochim Faishol, Ketua Pimpinan Pusat Santri Penjaga Nusantara (Sajatra) di tengah camp pengungsi di desa Tembong, Carita Pandeglang, sebagai refleksi di 2018 yang penuh dengan dinamika dan kontroversi serta bencana alam yang bertubi-tubi.
“Bangsa ini mulai kehilangan keberkahannya seiring dengan mulai menipisnya persaudaraan dan kebersamaan di bumi pertiwi ini”, ucap Pria yang akrab dipanggil gus Iim ini.
“Namun demikian, bangsa ini tidak boleh berhenti berharap dan terus berupaya tak kenal lelah agar negeri ini menjadi adil dan makmur serta diberkahi Allah SWT”, ungkap ketua Pimpinan Pusat Sajatra ini.
Gus Iim menyampaikan hal ini sehubungan dengan adanya berbagai pihak yang selalu menampilkan narasi kebangsaan yang pesimis dan negatif.
Gus Iim mengungkapkan, menjelang akhir tahun dan menyongsong tahun baru, harusnya masyarakat Indonesia disajikan narasi-narasi kebangsaan yang membangun dan fokus pada narasi Indonesia Maju, bukan dengan pikiran negatif seperti menyamakan Indonesia sama dengan negara miskin Haiti, Rwanda dan lain-lain, bahkan dengan ancaman bubar.
Sebagai refleksi tahun 2018 ini, Gus Iim mengatakan, sebaiknya seluruh warga bangsa melakukan perenungan dengan mata hati bahwa Indonesia begitu beragam dari Sabang sampai Merauke itu memerlukan kebesaran jiwa, kerendahan hati untuk selalu menyatu dan berguru dengan rakyat, bukan tampil emosional.
“Sebagai Badan Otonom Forum Santri Nasional, Sajatra berkomitmen menjaga semangat persaudaraan dan kebersamaan di tengah keberagaman nusantara ini”, Ujar Gus Iim.
“Mari kita perkuat persaudaraan dan kita jaga sama-sama NKRI ini”, Pungkas Gus Iim. (MS)