Oleh : Fahmi Sudarto
Fahmi Sudarto, Mahasiswa “Biasa” Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Baru beberapa hari pesta demokrasi di FE bergulir, namun sudah banyak sekali isu-isu yang beredar, tak tau mana yang benar dan mana yang salah. Masing-masing membenarkan hal yang mereka anggap benar. Dan menyalahkan hal yang mereka anggap salah dan keliru.
Kita sadar bahwa Fakultas Ekonomi adalah Fakultas yang tidak hanya terdiri dari satu jurusan, satu prodi, bahkan satu golongan. Fakultas Ekonomi punya beragam budaya di masing-masing prodi. Dan itu tidak bisa dipaksakan untuk bisa menjadi seragam.
Pemilu Fakultas adalah ajang mahasiswa FE untuk belajar berpolitik, belajar berdemokrasi dan belajar memahami satu sama lain.
Akankah demokrasi di FE hanya tinggal nama? Ya, bisa jadi. Jika semua golongan tidak bersatu dan masih memaksakan kehendak golongan masing-masing. Ajakan berkolaborasi memang sangat beda tipis dengan apa yang disebut politik transaksional.
Menurut para pakar, politik transaksional merupakan politik dagang. Dimana disitu ada penjual dan pembeli. Tapi, apakah memang politik transaksional ini selalu berhubungan dengan uang? Sebenarnya tidak juga. Tak bisa kita pungkiri, kita sekarang hidup di jaman politik praktis dimana semua pihak saling memperjuangkan dan saling mempertahankan kekuasaan.
Dalam praktek politik praktis, hampir pasti ada politik transaksional. Karena pada dasarnya politik adalah kompromi, sharing kekuasaan. Harus dipahami juga, bahwa dalam politik kenegaraan juga ada istilah pembagian kekuasaan. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga diseluruh dunia. Karena memang politik adalah proses pembagian kekuasaan. Di mana seseorang atau sekelompok orang yang meraih kekuasaan, akan berbagi kekuasaan dengan orang lain.
Sekali lagi, politik transaksional adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar dan tidak dibenarkan dalam proses politik adalah ketika terjadi pengkhianatan atas kesepakatan yang telah disepakati bersama.
Sekarang muncul pertanyaan, seburuk itukah politik? Jawabannya tidak. Menurut penulis, politik adalah jalan untuk memperjuangkan kemaslahatan bersama. Politik adalah ajang untuk berlomba-lomba melakukan hal yang baik dan bermanfaat. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain.
Jikalau seandainya sebuah kolaborasi mampu menciptakan FE yang lebih baik, kenapa tidak? Jikalau seandainya sebuah kolaborasi mampu mengembangkan FE ke arah yang lebih maju, kenapa tidak? Jikalau seandainya sebuah kolaborasi mampu mengakomodir semua golongan maupun semua kelompok, kenapa tidak? Tapi, ah sudahlah. Itu semua hanya pertanyaan belaka yang tak tau siapa yang akan menjawab.
Penulis hanya bermimpi mempunyai fakultas yang penuh dengan kreatifitas mahasiswanya, fakultas yang mempunyai budaya saling menyapa dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya, fakultas yang bersatu dan membanggakan, fakultas yang maju dan menjadi inspirasi semua kalangan, dan fakultas yang dinikmati oleh seluruh mahasiswanya sendiri, bukan orang lain bahkan hanya dinikmati satu golongan saja.
#PemiluFEUNJ